Tradisi Yang Sesuai Dengan Firman Tuhan

Thread ini sebenarnya adalah lanjutan dari thread "Kremasi Jenazah, Alkitabiah?"

http://berbagi-sharing.blogspot.com/2019/07/kremasi-jenazah-alkitabiah.html

Disana saya menjelaskan bahwa tradisi mengkremasi jenazah maupun menguburkan jenazah ke dalam tanah keduanya sama-sama gak Alkitabiah kalau kita mau jujur, yang Alkitabiah adalah dimasukkan ke dalam goa seperti Yesus pada saat Dia dikuburkan

Karena itu orang Kristen gak seharusnya merasa keberatan dengan cara mengurus jenazah buat keluarganya sendiri ataupun untuk orang lain

Silahkan dibaca dahulu baru melanjutkan baca thread ini

-----

Nah, that aside, saya tumbuh di suatu gereja yang dulu pernah "kepo" banget sama yang namanya tradisi

Seolah-olah semua tradisi yang gak ada di Alkitab, tanpa pengertian yang benar, mau dihapuskan begitu saja, termasuk salah satunya ya itu, kremasi jenazah, dilabeli tidak Alkitabiah dan bahkan dihakimi tidak mengalami yang namanya kebangkitan pertama, argumennya adalah karena dari tanah harus kembali jadi tanah, kalo dibakar kan jadi abu, dst dst

Saya ingin memberikan pengertian yang benar untuk rekan-rekan sekalian, bahwa gak perlu harus seperti itu, tradisi itu memang ada :
1. Yang menentang Firman Tuhan, contoh ekstrim seperti pengorbanan bayi misalnya, itu memang harus segera diberantas
2. Yang sejalan dengan Firman Tuhan, contoh seperti pemberian angpau dalam budaya chinese setiap tahun baru China, itu harus dilestarikan, jangan dihapus
3. Yang tidak menentang Firman Tuhan tetapi juga tidak ada gunanya, nah point nomor 3 inilah yang akan saya bahas mendetail di bawah

untuk nomor 1 sudah jelas, jika ada tradisi yang jelas-jelas menentang Firman Tuhan, tolong segera dihentikan, ini saya pikir semua akan setuju

untuk nomor 2 jujur saya, gereja saya (di salah satu cabangnya) pernah melarang jemaat dan pengerjanya untuk memberikan angpau di hari tahun baru China, alasannya karena itu tradisi yang tak tercatat di Alkitab, karena itu harus dihentikan.... Dan mirisnya lagi, orang-orang benar mengikutinya, saya punya saudara yang dulunya memberikan angpau, setelah menerima pengajaran seperti ini, langsung berhenti memberikan

Saudara, tradisi pemberian angpau itu adalah sejalan dengan Firman Tuhan, yaitu memberi, pemberian angpau di hari pernikahan dan hari kematian juga termasuk, itu tradisi yang seharusnya kita lestarikan, karena sejalan dengan prinsip Firman Tuhan, ini bukan sekedar ada atau tidaknya tercatat di Alkitab, Alkitabiah yang benar itu prinsipnya gak begitu, karena ada cara-cara seperti inilah maka ajaran jenazah gak boleh dikremasi bisa berkembang, padahal sama sekali tidak seperti itu kok

Saya ingin meyakinkan saudara semua bahwa tradisi apapun itu, WALAUPUN tidak tercatat di Alkitab, apabila sejalan dengan prinsip Firman Tuhan, maka lestarikanlah!! Itu wajib

Nah untuk nomor 3, contoh yang paling gampang adalah tradisi ke kuburan, biasanya 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, setelah orang yang bersangkutan dikubur, maka harus didatengi pada hari-hari tersebut, memberikan bunga, beberapa malah makanan, dsb

Ini salah satu contoh tradisi yang tidak menentang Firman Tuhan, tapi tidak ada gunanya!!
ke kuburan boleh gak? tentu boleh
doa di kuburan boleh gak? why not, dosanya ke Yesus dong jangan ke arwah orang tua
kasih makanan di kuburan boleh gak? yaaaa.... gak dosa sih.... cuma kan sayang tu makanan, mendingan dikasih ke penjaga kuburannya, lebih bermanfaat (dan saya tahu persis makanan yang ditaro di kuburan itu pada akhirnya penjaga kuburannya yang ambil dan makan, apalagi kalau buahnya yang mahal)

jadi boleh dilakukan gak? ya boleh aja, tapi apa gunanya? menghormati orang yang meninggal? Hei, tolong sadar, menghormati orang itu dilakukan pada waktu dia hidup, bukannya pada waktu dia meninggal!!

Saya jujur heran, tradisi begini gak pernah saya dengar gereja saya sendiri melarangnya, malah mereka seolah-olah mendukungnya atau seakan membiarkan hal itu terjadi tanpa berusaha untuk memberikan pengertian yang benar

Ngasih angpau dilarang, tapi ngunjungin kuburan gak dilarang, ingin rasanya kuberkata kasar

Banyak orang, termasuk orang Kristen lucu, pada saat orang tuanya hidup, dikunjungin gak pernah, dikasih duit secukupnya (padahal hidupnya lebih dari mampu), eh begitu meninggal, dikasih kuburan yang nilainya milyard, rutin dikunjungin per 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, dan setiap tahun rutin minimal sekali.... Mirisnya, pada waktu hidup boro-boro dikunjungin setahun sekali juga.... lalu ngomongnya "inilah cara untuk menghormati orang tua", oh my God.... Dan yang lebih gila lagi, orang-orang disekitarnya setuju!! ooooooohhh my God...... ditambah bumbu-bumbu menghakimi mereka yang mengkremasi jenazahnya.... lengkaplah sudah....

Alkitab tidak ada pernah sama sekali menyinggung cara mengurus jenazah dan tata cara setelah kematian, meninggal ya sudah meninggal, dia akan dihakimi, roh kembali kepada Bapa, bukan gentayangan di bumi (kalaupun ada yang ngaku lihat ini, 100% itu adalah iblis, hanya iblis yang perlu menyamar jadi orang tua supaya kita mendengarkannya, kalau Tuhan? buat apa dia nyamar jadi manusia segala? Dia tinggal datang dengan sedikit kemuliaanNya, kita smua akan nurut), bukan lalu dia bisa merasakan penghormatan dari manusia di bumi, boro-boro! Apa yang dilakukan itu semua sia-sia, buang-buang waktu dan uang, hanya iblis yang senang kalau manusia menyia-nyiakan waktu dan uang untuk sesuatu yang tidak berguna, Tuhan jelas tidak seperti itu

Saya sungguh berharap tradisi yang macam begini yang harusnya gereja hentikan, tradisi yang tidak menentang Alkitab tapi juga tak ada gunanya, lebih baik gunakan waktu dan uang itu untuk hal lain

Ijinkan saya menceritakan kesaksian teman saya yang pernah mengaku pergi ke sorga:
Dia seorang Katolik, warga negara Singapore, pada waktu mudanya dia sangat rajin beribadah, sangat cinta Tuhan, suatu saat dia berdoa sungguh-sungguh supaya bisa diizinkan pergi ke sorga

And guess what, Tuhan mengabulkan permintaannya itu, suatu hari dia tidur lalu mendapati dirinya di sorga, tapi menurut dia, mungkin dia cuma diajak ke suatu ujungnya sorga saja, karena disitu dia tidak lihat Yesus, tidak lihat Maria, tidak lihat Abraham, malaikat, gak ada siapa-siapa, hanya saja di tempat itu damainya luar biasa dia rasakan, dan dia bisa berkomunikasi langsung dengan Allah Bapa, dia mendengarnya di hati bukan di telinga.

Singkat cerita dia berbincang-bincang dengan Allah Bapa, begitu damai, begitu asyik, sampai pada waktunya dia harus kembali ke bumi, dia menolaknya, dia ingin tinggal disorga, dia udah gak mau lagi mikirin bumi.... Tentu saja dia kalah "debat" sama Allah.... pada waktu dia sadar di bumi, barulah dia berpikir, kalau saat itu dia jadi di sorga, artinya dia mati di bumi, dan dia punya seorang adik yang dia sayangi, orang tua yang juga dia sayangi, pasti sedih sekali kalau dia mati saat itu.... Tapi jujur, saat di sorga, dia sama sekali tidak memikirkan hal itu.... pikiranya hanya tertuju kepada Allah saja dan semua kedamaian yang dia rasakan, dia gak peduli lagi dengan perasaan orang tuanya, perasaan adiknya.... Ketika kita sudah bertemu dengan Yesus sendiri.... apakah ada yang lebih berarti dari itu? Adakah kita berpikir yang lain lagi?

Kesaksian kedua datang dari seorang ibu, yang punya anak perempuan umur 17 tahun, meninggal karena sakit. Di rumah sakit ibu ini menangis sejadi-jadinya, hatinya sangat sedih.... Tapi gak berapa lama kemudian, dia seakan melihat roh anaknya bangkit dari tubuh, melihat hal itu tentunya hatinya senang dan dia memanggil nama anaknya itu.... hanya saja anaknya sama sekali tidak melihat ke arah dia.... di sisi lain dia melihat seperti ada sosok bercahaya mungkin itu Tuhan Yesus tapi dia tak bisa lihat mukanya, anaknya langsung lari kepada sosok itu dan lenyap begitu saja

Pada saat dia menceritakan kesaksian ini, kata-kata dia yang begitu dikenang adalah:"Saya senang bahwa saya mengetahui anak saya sudah bahagia di sorga bersama Yesus, tapi saya sangat sedih karena itu anak yang saya kasihi, selama 17 tahun saya membesarkan dia dengan penuh kasih sayang, tapi begitu bertemu dengan Yesus, dia seperti begitu saja melupakan saya...."

Teman, pada saat orang itu sudah di sorga, boro-boro memperdulikan "tindakan penghormatan" yang dilakukan oleh kerabatnya di bumi, dia sudah bahagia bersama Yesus, kita yang seharusnya pergi kesana bukan dia yang kesini lagi, dia sudah "putus" hubungan dengan dunia ini

Ambil contoh Daud, pada waktu anaknya sakit, dia berpuasa, doa sambil berbaring, memohon kepada Tuhan supaya anaknya bisa sembuh.... Tapi begitu anaknya sudah mati, dia segera bangun, berurap, ganti pakaian baru, makan (buka puasa), dan tetap menyembah Tuhan

Ini tindakan yang harusnya kita teladani, selama masih hidup, lakukan yang terbaik, ketika sudah mati, ya udah ga bisa diapa2in lagi, Daud mengerti benar hal ini, orang yang melakukan kehendak Tuhan pada zamannya, dia gak pernah ada lagi nyuruh bikin upacara macam-macam untuk anaknya yang sudah meninggal walaupun dia sangat mengasihinya, namun dia meyakini suatu saat akan bertemu anaknya di sorga nantinya.... beautiful

Ini cuma satu contoh, mungkin ada tradisi lain yang semacam ini dan seharusnya kita semua sudah mengerti, mungkin kalau memang kita tak bisa mengubah orang tua kita, tapi minimal kita bisa memastikan supaya tradisi yang tak berguna ini tidak lagi dijalankan oleh anak kita atau generasi di bawah kita

Segala kemuliaan hanya untuk Tuhan, Raja segala raja, Bapa yang kekal, Raja damai, Haleluya, Amin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kidung Agung - Song of Solomon - Kisah Cinta Gadis Sulam

Seri Kehidupan Kekal 1 - Tempat Tinggal Setelah Sorga? Ukuran Yerusalem Baru

Mencobai Tuhan - Menguji Tuhan