Pendeta, Suku Lewi Masa Kini?

Kita (mungkin) sering mendengar Pendeta/Gembala atau jabatan gerejawi lainnya apapun itu "menyamakan" dirinya dengan suku Lewi (suku imam) sehingga merasa dirinya berhak untuk menerima persembahan (perpuluhan) dari jemaat dan boleh hidup dari persembahan itu?

Saya mau katakan, hati-hatilah dengan pengajaran demikian.

Yang pertama, kita sudah hidup dalam perjanjian baru, nggak ada lagi itu suku-sukuan, ngga ada lagi itu pekerjaan khusus yang cuma bisa dikerjakan oleh orang atau suku tertentu, kita ini semua imamat yang rajani,

1 Petrus 2:9 (TB)  Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: 

Apa artinya? kita ini semua adalah imam dan adalah juga raja, pendeknya, semua kita bisa langsung bertemu Tuhan tanpa melalui gereja atau pribadi tertentu.

Yang kedua, buat para "pemangku jabatan gerejawi" yang masih ngotot dirinya suku Lewi, ya mbok jangan cuma motong ayat tentang persembahan ke suku Lewi aja, baca juga yang ini baik2 :

Bilangan 18:20, 24 (FAYH)  "Kamu, para imam, tidak boleh memiliki tanah pusaka ataupun penghasilan lain, karena Akulah milik pusaka yang kamu perlukan di tengah-tengah bangsa Israel.
karena persepuluhan bangsa Israel yang dipersembahkan secara khusus kepada TUHAN akan menjadi milik pusaka orang Lewi. Jadi, mereka tidak perlu mempunyai tanah milik pusaka di Israel. "

Kamu beneran ingin jadi suku Lewi yang Alkitabiah? maka kamu ngga boleh punya tanah pribadi/hak milik pribadi lainnya, hanya Tuhan Allah sajalah yang boleh kamu punyai, Itu satu-satunya milik pusakamu, dan kamu juga ngga boleh punya penghasilan lain diluar apa yang jemaat berikan kepadamu. Sanggup?

Jangan cuma seenaknya motong ayat, kalo saat ini masih punya tanah pribadi, mobil pribadi, masi punya pendapatan dari yang lain, sama sekali kamu ngga layak disebut suku Lewi, apapun fungsimu di gereja dan sebesar apapun gerejamu itu. Dan hal ini harus dibuktikan dengan keterbukaanmu, sama seperti para pelayan Tuhan pada saudara kita Katolik yang melakukan kaul kemiskinan seumur hidupnya sebelum dia melakukan pelayanannya.

Yang masih berpikir seperti ini saya harap segera bertobat, baik jemaat maupun gembala.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kidung Agung - Song of Solomon - Kisah Cinta Gadis Sulam

Seri Kehidupan Kekal 1 - Tempat Tinggal Setelah Sorga? Ukuran Yerusalem Baru

Mencobai Tuhan - Menguji Tuhan